Hakikat ptk

HAKIKAT PTK
MAKALAH ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bpk.DOSEN
DOSEN PENGAMPU : SUGRIYANTO, S.Pd

KELOMPOK  : 1
ZAHRATUL QOMARIYAH
ANANDA IKA SYAFITRI
USWATUN WAHIDAH
NUR HASANAH (S)
MASNAWI
SEKOLAH TINGGIH AGAMA ISLAM HASAN JUFRI BAWEAN
PRODI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2018

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belang
Penelitian tindakan kelas sudah sering dilakukan oleh para peneliti, guru, serta tenaga kependidikan. Namun, hasilnya kurang dirasakan dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Hal tersebut terutama disebabkan permasalahan yang dijadikan fokus penelitian jarang diangkat dari kondisi nyata yang terjadi di kelas, kurang berkaitan langsung dengan sumber masalahnya. Peneliti kurang memahami bahwa itu masalah penelitian, atau kurang melakukan identifikasi masalah yang terjadi dan dirasakan sehari-hari oleh para guru di kelas. Permasalahan fokus penelitian itu terjadi, baik pada penelitian yang dilakukan oleh institusi lembaga penelitian ataupun perorangan.
Di samping itu, pengebarluasan hasil penelitian kepada pendidik dan tenaga kependidikan (praktisi) sangat jarang dan memakan waktu yang lama. Sedangkan kemampuan memahami hasil penelitian bagi pendidik dan tenaga kependidikan di tingkat pendidikan dasar dan menengah pada umumnya masih kurang, terutama jenis penelitian tindakan kelas.
Rendahnya kemampuan meneliti dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian bagi para pelaksana pendidikan di lapangan tersebut berpengaruh negatif terhadap upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan memberikan kesempatan kepada para pendidik atau tenaga kependidikan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan lainnya, secara profesional dan kolaboratif melalui penelitian tindakan kelas.
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari PTK
Apa manfaat dari PTK
Apa saja asas-asas PTK


BAB II
PEMAHASAN
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
PTK adalah terjemahan  dari bahasa Inggris “classroom action research”, yang saat ini sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian  pendidikan  akhir-akhir ini memberi perhatian yang  cukup  besar terhadap PTK, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme  guru dalam proses belajar-mengajar di kelas  dengan  melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang  terjadi pada siswa. McNiff (1999: 1) dalam bukunya yang berjudul Action Research  Principles and Practice memgurung PTK sebagai  bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya  dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagai  salah  satu bentuk  evaluasi  diri  guru
Menurut Suyanto (1997) dia mendefinisikan PTKsebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agardapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
Stephen Kemmis (dalam Hopkins, 1992)  menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelahaan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari :
praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri,
pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan
situasi di tempat praktik itu dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa definisi PTK tersebut, dapat kita menarik benang merah kesejajaran pengertian bahwa PTK merupakan
bentuk kajian yang sistematis reflektif,
dilakukan oleh pelaku tindakan (guru), dan
dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran.
PTK bersifat reflektif. Artinya, dalam proses penelitian itu guru sekaligus peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan tetjadi di kelas. Dari pemikiran itu, kemudian dapat mencari pemecahannya  melalui tindakan-tindakan pembelajaran tertentu (Suyanto, 1997). Jika guru dengan bekal refleksi kemudian mengadakan penelitian, pada akhir tindakan itu pun guru kembali mengadakan refleksi untuk memperbaiki tindakan dan melakukan rencana untuk perbaikan tahap berikutnya. Seorang guru akan  terus-menerus mengadakan refleksi itu sampai   pembelajaran di kelas berhasil dengan baik. 0leh sebab itu, PTK dilaksanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pellaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Tujuan dan Karakteristik PTK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Apabila kita mencermati pengertian PTK, akan sangat jelasbahwa tujuan PTK tidak lain adalah untuk memperbaiki pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik.  Sebagai guru, Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat. Secara lebih luas PTK juga merupakansarana untuk dapat meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak didik dan masyarakat. PTK dapat meningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Dasar utama dilaksanakannya PTK adalah untuk perbaikan pembelajaran khususnya dan perbaikan program sekolah pada umunmya. PTK pada dasarnya jugamerupakan sebuah upaya untuk meningkatkan keterampilan Guru  untuk menanggulangi berbagai masalah yang muncul di kelas atau di sekolah dengan atau tanpa masukan khusus berupa berbagai program pelatihan yang eksplisit. Dengan kata lain, PTK  mewujudkan proses latihan dalam jabatan yang unik. Mengapa demikian? Pertama, kebutuhan pelaksanaannya tumbuh dari guru itu sendiri. Kedua, proses pelatihan terjadi secara hands-on, tidak dalam situasi artifisial. Raka Joni (1998) dengan sangat jelas membedakan kedua bentuk kegiatan tersebut. Menurutnya, ada tujuan penyerta yang muncul dalam PTK, yakni tumbuhnya budaya meneliti di kalangan para guru.
Karakteristik PTK
Dengan PTK,  seorang guru akan  berupaya untuk memperbaiki  pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Pertanyaan selanjutnya adalah: Haruskah Guru mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan PTK ? PTK jangan sekali-kali menjadikan proses belajar mengajar terganggu. Guru tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah sejalan dengan rencana rutin Guru sebagai guru. PTK juga diharapkan tidak lagi memberikan beban tambahan yang lebih berat bagi Guru. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di kelas (Suyanto, 1997).
Pada sisi lain, PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal itu dapat terjadi karena setelah Guru meneliti kegiatan-sendiri di kelas Guru--dengan melibatkan siswa--Guru akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan   pembelajaran. Dengan demikian, Guru dapat membuktikan apakah suatu teori belajar mengajar dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Guru juga dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar pembelajaran efektif, efisien, optimal, dan fungsional.
Berdasarkan uraian tersebut, dapatkah Guru merumuskan karakteristik PTK?  Menurut Suyanto (1997), PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut.
Pertama, permasalahannya diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang benar-benar dihayati oleh  guru sebagai masalah yang harus diatasi. Masalah tidak berasal dari luar atau disarankan oleh orang lain yang tidak tahu-menahu masalah yang terjadi di dalam kelas. Masalah juga bukan berasal dari hasil penelitian atau atau hasil kajian lain yang di luar penghayatan guru.
Kedua, PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Guru tidak harus sendirian berupaya memperbaiki   pembelajarannya. Ia dapat dibantu oleh pakar pendidikan, oleh dosen LPTK, atau oleh kepala sekolah, pengawas, atau bahkan oleh guru lain.
Ketiga, PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Penelitian yang dilakukan di kelas tidaklah selalu menampakkan PTK. Penelitian di kelas yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk perbaikan pembelajaran bukanlah PTK. Itu hanya merupakan penelitian kelas. Misalnya, penelitian tentang kemampuan membaca siswa kelas dua sekolah dasar adalah penelitian kelas, bukan PTK. Penelitian semacam itu hanya mendeskripsikan kemampuan membaca siswa kelas dua tanpa ada tindakan perbaikan jika teryata kemampuan membaca siswa itu rendah. Sebaliknya, jika guru berupaya untuk memperbaiki kondisi kemampuan membaca yang rendah itu dengan tindakan tertentu, misalnya memilih bahan bacaan yang menarik yang bergambar, yang berisi ceritera-ceritera lucu, dan sebagainya, maka penelitian semacam itu adalah PTK.

Manfaat PTK
Pada bagian awal telah disebutkan bahwa PTK pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran. Dari tujuan itu jelaslah bahwa PTK  akan sangatbermanfaat bagi Guru untuk mengembangkan proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan pengetahuan tentang teori belajar dan mengajar yang sesuai dengan bidang studi, Guru dapat mengembangkan teknik, metode, atau pendekatan yang akan terus Guru kaji untuk  melihat efektivitasnya di kelas, di tempat  Guru mengajar. Hal itu dapat terus Guru lakukan karena setiap tahun Guru akan berhadapan dengan anak-anak yang berbeda-beda, baik tingkat kelas, tingkat umurnya, latar sosial budayanya, maupun Iatar kecerdasannya. Dengan demikian, Guru akan dapat mengembangkan proses belajar mengajaryang optimal bagi anak didik yang Guru asuh  di kelas. Proses belajar mengajar dapat dikembangkan terus-menerus sehingga terjadilah inovasi dalam proses belajar mengajar.
Di samping itu, PTK merupakan bahan refleksi bagi Guru untuk terus mengembangkan kurikulum di tingkat sekolahatau kelas. Pemilihan tujuan yang tepat,materi yang sesuai, serta metodeataupun teknik serta media dan evaluasi yang tepat adalah sasaran yang dapat dicapai.Itu berarti bahwa  Guru akan terusmemperbaiki kurikulum di tingkat sekolah ataupun kelasnya. Guru tahu bahwa guru yang profesionai adalah  guru yang terus rnenerus mau belajar untuk menjadi guru yang baik. Untuk itu, perubahan terus-menerus dikembangkannya. Dengan PTK, guru, pada hakikatnya akan semakin pofesional sebab ia akan terus merefleksi proses belajar mengajarnya. Ia akan terus melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk perbaikan, dan mengadakan evaluasi atas kinerjanya sendiri.
Dalam hal manfaat PTK ini, secara ringkas, Suyanto (1997) menyatakan bahwa manfaat PTK adalah :
inovasi pembelajaran,
pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas,
peningkatan profesionalitas guru.



Kelebihan dan Kekurangan PTK
Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
Ada sejumlah kelebihan penelitian tindakan kelas jika dilaksanakan dengan baik dan benar, yaitu sebagai berikut:
Kerja sama dengan teman sejawat dalam penelitian tindakan kelas dapat menimbulkan rasa memiliki. Kerja sama ini memberikan wahana untuk menciptakan kelompok dasar yang baru di antara para dan mendorong lahirnya rasa berkaitan antara mereka untuk saling tukar pikiran dan saling memberikan masukan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini sama-sama dilaksanakan. Guru akan saling termotivasi antara satu dengan yang lain. Apalagi, jika hasil diskusi dengan teman sejawat itu mampu menghasilkan perbaikan yang nyata pada proses pembelajaran dan hasil belajar siswanya.
Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas mendorong berkembangnya pemikiran kritis dan kreativitas guru. Melalui diskusi dan interaksi dengan teman sejawat atau peneliti dari perguruan tinggi kependidikan atau orang lain dalam melakukan penelitian tindakan kelas, guru itu akan dapat menemukan dan mengembangkan kesadaran bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan cara demikian itu guru akan dapat menerima dirinya sendiri secara wajar. Melalui diskusi dengan teman sejawat atau peneliti dari perguruan tinggi kependidikan guru akan dapat melihat lebih banyak cara memandang masalah, lebih banyak saran-saran dan dan pemikiran untuk penyelesaian masalah pembelajaran yang dihadapi, lebih banyak analisis dan kritikan terhadap rencana tindakan yang diajukan. Situasi keterbukaan seperti ini dapat mendorong berkembangnya pemikiran kritis dan kreativitas pada diri guru.
Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas meningkatkan kemampuan guru untuk membawa kepada kemungkinan untuk berubah. Mencoba sesuatu yang baru pasti mengandung resiko. hasil Penelitian tentang dinamika kelompok menunjukkan bahwa seseorang yang merupaka anggota kelompok lebih mudah berubah daripada perorangan (bukan sebagai anggota kelompok).  Orang yang ingin berubah harus terlibat dalam setiap aspek penelitiannya, dari identifikasi masalah, perencanaan tindakannya, menerapkan rencana tindakan yang telah disusun, melakukan pengamatan atau pengumpulan data, menganalisis data dan melakukan refleksi, sampai pada pengambilan kesimpulan dan pemaknaan hasil. Asumsi dasar dari gerakan penelitian tindakan kelas adalah bahwa cara  yang menjanjikan untuk memulai dan menjamin terjadinya perubahan adalah dengan melibatkan seseorang dalam keseluruhan proses penelitian tersebut secara berkelanjutan. Dengan cara ini berarti guru sebagai peneliti terlibat secara aktif dalam memikirkan perubahan dan perbaikan pembelajaran yang selama ini dilakukan untuk mewujudkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Proses berpikir dan sekaligus bertindak secara aktif dan berkelanjutan seperti ini berarti mamacu guru untuk membiasakan mengubah dirinya sendiri, Sebab jika dirinya sendiri belum ada keinginan untuk berubah, maka akan menjadi sulit untuk melakukan perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas
Selain memiliki sejumlah kelebihan-kelebihan seperti telah dipaparkan di atas, penelitian tindakan kelas, sebagaimana juga penelitian lainnya, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut menurut Muhammad Asrori (2008) adalah sebagai berikut:
Kurang mendalamnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik-teknik dasar penelitian tindakan kelas pada pihak peneliti. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh praktisi, yang dalam hal ini adalah guru yang selalu peduli terhadap kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya, khususnya kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan dan berkehendak untuk memperbaikinya. Karena para guru ini biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis, pada umumnya mereka kurang dilengkapi dengan pengetahuan yang mendalam dan keterampilan tentang teknik dasar penelitian. Kondisi seperti ini akan lebih parah lagi jika pada diri guru berkembang pikiran atau perasaan bahwa kegiatan penelitian hanya layak dilakukan oleh masyarakat kampus atau dosen di perguruan tinggi . Akibatnya. para guru pada umumnya kurang tertarik untuk melakukan penelitian sehingga kurang akrab dengan kegiatan penelitian atau bahkan cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Kondisi semacam ini jika dibiarkan berlarut-larut  jelas tidak menguntungkan posisi para guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
Tidak mudah menemukan dan merumuskan masalah yang hendak diteliti. Karena guru kebanyakan selalu bekerja dengan kegiatan rutin pembelajaran  dan jarang melakukan penelitian, maka tidak jarang guru mengalami kesulitan menemukan dan merumuskan masalah yang hendak diteliti. Apalagi kalau rumusan masalah itu sudah dituntut landasan teoritisnya. Mengkaji teoritis dari berbagai literatur merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi guru yang tidak terbiasa melakukannya. Kesulitan serupa juga dirasakan ketika merumuskan perencanaan tindakan yang tepat untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Rencana tindakan juga menuntut landasan teoritis agar memiliki pijakan yang kokoh, bukan sekadar tindakan  yang dikira-kira saja. Oleh sebab itu, sering sekali untuk menemukan dan merumuskan masalah serta rencana tindakan ini disarankan untuk berdiskusi dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan.
Tidak mudah mengelola waktu antara kegiatan rutin yang sekaligus dilakukan dengan kegiatan penelitian tindakan kelas. Karena penelitian tindakan kelas memerlukan komitmen guru sebagai peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, maka faktor waktu ini dapat menjadi faktor yang sangat serius. Guru yang ingin melakukan penelitian tindakan kelas harus mampu secara cermat mengelola waktunya untuk melakukan tugas rutin nya dan sekaligus melakukan penelitian tindakan kelas nya. Ini menjadi sangat penting karena dapat berakibat kepada efisiensi dan keefektifan kerja guru yang bersangkutan. Sangat boleh jadi faktor pengelolaan waktu ini yang menyebabkan guru merasa enggan atau berat untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa nya karena ada perasaan khawatir justru akan mengganggu kegiatan pembelajaran yang selama ini telah berjalan lancar.
Keengganan atau bahkan kesulitan untuk melakukan perubahan. Pada umumnya orang merasa enggan, merasa berat, atau bahkan menentang terhadap perubahan karena perubahan berarti kerja keras. Sangat boleh jadi pada diri guru ada juga yang berpikiran dan memiliki perasaan semacam ini. Perubahan melalui penelitian tindakan kelas benar-benar menuntut keseriusan guru, baik dilihat dari aspek pikiran, tenaga, waktu, dan tentunya sikap untuk berubah. Selama guru merasa sudah mapan atau sudah merasa cocok dengan situasi kerjanya, selama itu pula para guru sulit untuk diajak berubah. Padahal penelitian tindakan kelas menuntut adanya kemauan kuat dari diri guru untuk melakukan perubahan. Keinginan untuk melakukan perubahan ini dimulai dari adanya ketidakpuasan terhadap kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan dan dianggap sudah menjadi suatu kemapanan.

Tuntutan terhadap penelitian tindakan agar dia dapat meyakinkan orang lain bahwa model, metode, strategi, atau teknik-teknik pembelajaran yang ditelitinya benar-benar berjalan secara efektif dan membawa kepada perubahan dan peningkatan kualitas secara nyata. Setelah penelitian itu tercapai guru harus ingat bahwa temuan penelitiannya hanya berlaku untuk situasi pembelajaran yang ditelitinya. Guru tidak boleh membuat generalisasi untuk semua kegiatan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda atau kompetensi dasar yang berbeda. Namun, sering terjadi guru sebagai peneliti tindakan kelas tergoda untuk membuat generalisasi ini.
Meskipun penelitian tindakan kelas memiliki kelemahan-kelemahan sebagaimana dipaparkan di atas, penelitian tindakan kelas juga dapat menjadi alat yang ampuh bagi guru untuk mengesahkan model, metode, strategi, atau teknik pembelajaran yang selama ini telah diterapkan. sebab dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas itu berarti sudah dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas terhadap model, metode, strategi, atau teknik-teknik pembelajaran tersebut.
Asas-asas PTK
Dalam pelaksanaannya, ada 6 asas dalam melaksanakan PTK.
Kritik Refleksif
Yakni upaya evaluasi atau penilaian yang didasarkan catatan data yang telah dibuat, dan cara refleksi sehingga dapat ditransformasikan menjadi pertanyaaan dan alternatif yang mungkin dapat disarankan.
Kritik Dialektis
Yakni adanya kesediaan peneliti untuk melakukan kritik pada fenomena yang ditelitinya. Dalam hal ini guru perlu menafsirkan data dengan konteks yang harus ada, menganalisis katagori yang berbeda untuk menemukan kesamaan, dan menangkap isyarat bahwa fenomena akan dapat berubah.
Sumber Daya Kolaboratif
Kloaboratif adalah adanya kerjasama (atasan, sejawat, siswa dll), yang dapat dipergunakan sebagai sudut pandang. Peneliti dalam PTK adalah bagian dari situasi yang diteliti, peneliti sebagai pengamat juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut. Kolaborasi pada anggota dalam situasi itu yang memungkinkan proses itu berlangsung. Untuk menjamin, kolaborasi perlu mengumpulkan semua sudut pandang anggota yang menggambarkan struktur situasi yang diteliti. Tetapi perlu diingat bahwa peneliti mempunyai kewenangan dalam penelitian, sehingga tidak mutlak semua pandangan harus digunakan.
Resiko
Adalah adanya keberanian peneliti untuk mengambil resiko pada waktu berlangsungnya penelitian. Resiko yang mungkin muncul adalah melesetnya hipotesis, dan kemungkinan tuntutan untuk melakukan transformasi. Peneliti mungkin berubah pandangannya karena melihat sendiri pertentangan yang ada di dalam pelaksanaan PTK.
Struktur Majemuk
Struktur majemuk adalah adanya pandangan bahwa penelitian ini mencakup berbagai unsur yang terlibat agar bersifat komprehensif. Misal jika penelitian pada pengajaran, maka situasinya harus mencakup guru, murid, tujuan pembelajaran, interaksi kelas, hasil pembelajaran, dll.
Teori, Praktek, Transformasi
Kata teman saya “Praktek tanpa teori adalah suatu kemustahilan dan teori tanpa praktek juga hal yang tak mungkin dapat dipertahankan. Itu berarti antara teori dan praktek adalah dua hal yang tak mungkin dapat dipisahkan karena keduanya saling membutuhkan”. Teori dan praktik bukan dua hal yang berbeda, tetapi merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling tergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi (perbaikan dalam PTK). Transformasi secara harfiah berarti berubah, tetapi bila dikaitkan dengan PTK, transformasi dapat diartikan sebagai perbaikan atau perubahan yang tentunya kea rah yang lebih baik dari sebelumnya (bias juga dianggap penyempurnaan)





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas saya dapat disimpulkan :
PTKadalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agardapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
Apabila kita mencermati pengertian PTK, akan sangat jelasbahwa tujuan PTK tidak lain adalah untuk memperbaiki pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik.  Sebagai guru, Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat. Secara lebih luas PTK juga merupakansarana untuk dapat meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak didik dan masyarakat. PTK dapat meningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Dengan PTK,  seorang guru akan  berupaya untuk memperbaiki  pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Pertanyaan selanjutnya adalah: Haruskah Guru mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan PTK ? PTK jangan sekali-kali menjadikan proses belajar mengajar terganggu. Guru tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah sejalan dengan rencana rutin Guru sebagai guru. PTK juga diharapkan tidak lagi memberikan beban tambahan yang lebih berat bagi Guru. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di kelas (Suyanto, 1997).
Pada bagian awal telah disebutkan bahwa PTK pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran. Dari tujuan itu jelaslah bahwa PTK  akan sangatbermanfaat bagi Guru untuk mengembangkan proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan pengetahuan tentang teori belajar dan mengajar yang sesuai dengan bidang studi, Guru dapat mengembangkan teknik, metode, atau pendekatan yang akan terus Guru kaji untuk  melihat efektivitasnya di kelas, di tempat  Guru mengajar. Hal itu dapat terus Guru lakukan karena setiap tahun Guru akan berhadapan dengan anak-anak yang berbeda-beda, baik tingkat kelas, tingkat umurnya, latar sosial budayanya, maupun Iatar kecerdasannya. Dengan demikian, Guru akan dapat mengembangkan proses belajar mengajaryang optimal bagi anak didik yang Guru asuh  di kelas.
DAFTAR PUSTAKA

zuraida-syahla.blogspot.co.id/2014/02/hakikat-penelitian-tindakan-kelas.html?m=1
https://googleweblight.com/?lite_url=https://okesukseszone.blogspot.com/2015/06/makalah-hakikat-dan-prosedur-penelitian.html?m%3D1&ei=5qMVhdCC&lc=en-ID&s=1&m=420&host=www.google.co.id&ts=1519020590&sig=AOyes_TqgdsFjZkNhPT4f54Y4frXGKrjqQ
007indien.blogspot.co.id/2012/05/kelebihan-dan-kekurangan-penelitian.html?m=1
https://www.kompasiana.com/erutan/asas-asas-ptk-seri-buku-ptk-1 3_55003c9fa333118d73510088

0 Response to "Hakikat ptk"

Post a Comment