Makalah tentang ta'jub

Makalah ini Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa arab

DOSEN PENGAMPUH
MASRUHA,S,HI.


DISUSUN OLEH:

MOH. AZLAN
LAILATUL HOSNA
LAILATUL HASANAH
MASNAWI
MOH. MUZAMMIL

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HASAN JUFRI BAWEAN
2017


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab dan telah memberikan kemudahan dalam mempelajarinya. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah yang diutus dengan membawa ajaran dan pedoman hidup yang baik untuk manusia di dunia dan akhirat. Sebagai umat islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-Quran dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang teguh. Tentunya kita tidak mungkin memahami kedua sumber tersebut kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya ilmu Nahwu dan Sharaf, karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari Al-Quran dan Sunnah.
Dalam makalah ini, penulis mencoba memberikan penjelasan tentang  kajian ilmu Nahwu yaitu tentang Ta’Ajjub. Semoga dengan dibuatnya makalah ini menjadi bekal yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis, untuk memperoleh berbagai kemudahan dalam mempelajari Al- Quran dan Sunnah. Amin.
Walaupun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan serta keterbatasan dalam pembahasan makalah ini. Untuk itu saran serta koreksi sangat penulis harapkan untuk memperoleh sebuah kesempurnaan di masa depan kelak. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.

Batu Lintang,  8 Desember 2017
MASNAWI


BAB I
PEMBAHASAN
PENGERTIAN TA’AJJUB

Ta’ajjub adalah : perasaan di dalam hati ketika merasakan adanya suatu hal yang dibodohi  penyebabnya. Ta’ajjub dalam hal ini terbagi dua macam:
Pertama: Ta’ajjub Tanpa kaidah, hanya dapat diketahui melalui qarinah atau sesuatu yang menunjukan maksud Ta’ajjub. contoh dalam Ayat Al-Qur’an:
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, (QS. Al-Baqarah:28)
Lafaz KAIFA = Isim Istifham mabni fathah menempati posisi nashab sebagai Hal. dan disini ia berfaidah Ta’ajjub.
Contoh dalam Hadits, dari Abi Hurairah Nabi Bersabda:
سُبْحَانَ اللهِ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَا يَنْجُسُ
Subhaanallaah! sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis.
Lafaz Subhaanallaah = Isim Mashdar yg dinashobkan oleh Fi’il yang terbuang, sebagai ungkapan takjub dari sebab perkataan Abu Hurairah sebelumnya; bahwa seseorang menjadi najis sebab junub.
Kedua: Ta’ajjub qiasi, mempergunakan dua bentuk shighat secara qias, yaitu “MAA AF’ALA” dan “AF’IL BIHI”.
Shighat Ta’ajjub “MAA AF’ALA”, contoh:
مَا أَوْسَعَ اْلحَدِ يْقَة!
alangkah luas kebun ini.
Lafaz MAA = Maa ta’ajjub isim Nakirah Tamm, mabni sukun mahal rofa’ menjadi Mubtada’. disebut Isim Nakirah karena punya arti syai’un/sesuatu. dan disebut Tamm karena tidak butuh pada qayyid lain kecuali khobar. Disusun sebagai permulaan kalimat menjadi mubtada’ yang mengandung makna Ta’ajjub.
Lafaz AWSA’A = Fi’il Madhi mabni fathah, bukti bahwa ia kalimah Fiil ketika bersambung dengan Ya’ Mutakallim dipastikannya memasang Nun Wiqayah seperti pada contoh:
أفقرني إلى عفو الله
alangkah fakirnya aku akan pengampunan Allah.
Failnya berupa dhamir mustatir takdirannya Huwa rujuk pada MAA. lafazh AL-HADIIQAH = Maf’ul Bih dinashabkan oleh AWSA’A. Jumlah Fi’il, Fa’il dan Maf’ul Bih adalah Khobar Jumlah dari Mubtada’ MAA.
Shighat Ta’ajjub “AF’IL BIHII”, contoh:
أقبح بالبخل!
Alangkah jeleknya kikir itu.
Sama halnya dengan mengucapkan:
ما أقبحه
Alangkah jeleknya kikir itu.
karena dua bentuk ta’ajjub tsb bertujuan sama pada satu objek (AL-BUKHLI) sebagai Mad-lulnya.
Lafaz AQBIH = adalah Fi’il madhi dalam shighat Fi’il Amar, mabni Fathah muqaddar karena berbentuk seperti Fi’il Amar. Asalnya AF’ALA yakni shighat Fi’il Madhi dengan tambahan Hazmah yang berfaidah SHAIRURAH/menjadi, sebagaimana contoh:
أقبح البخل
kebakhilan menjadi bersifat jelek.
Sebagaimana mereka mengatakan:
أبقلت الأرض
Bumi itu menjadi bertunas (tumbuh tunas)
أثمرت الشجرة
Pohon itu menjadi berbuah.
Dengan demikian penggunaan Fi’il Madhi dengan rupa Fi’il Amar tersebut tiada lain hanya untuk tujuan Ta’ajjub. Dan dikarenakan seperti shighat Fi’il Amar itulah maka tidak benar jika musnad langsung kepada isim zhahir, oleh karena itu pada Fa’ilnya ditambahi huruf Jar BA’. (Huruf BA‘ = Zaidah).
Lafazh AL-BUKHLI = menjadi Fa’il rofa’ dengan Dhammah muqaddar, tercegah irab zhahirnya karena tempatnya sudah didahului oleh huruf jar zaidah.


BAB II
KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahawa Ta’ajjub adalah : perasaan di dalam hati ketika merasakan adanya suatu hal yang dibodohi  penyebabnya. Ta’ajjub dalam hal ini terbagi dua macam:
Pertama: Ta’ajjub Tanpa kaidah, hanya dapat diketahui melalui qarinah atau sesuatu yang menunjukan maksud Ta’ajjub.
Kedua: Ta’ajjub qiasi, mempergunakan dua bentuk shighat secara qias, yaitu “MAA AF’ALA” dan “AF’IL BIHI”.
Shighat Ta’ajjub “MAA AF’ALA”, contoh:
مَا أَوْسَعَ اْلحَدِ يْقَة!
alangkah luas kebun ini.
Shighat Ta’ajjub “AF’IL BIHII”, contoh:
أقبح بالبخل!
Alangkah jeleknya kikir itu.
Sama halnya dengan mengucapkan:
ما أقبحه
Alangkah jeleknya kikir itu.








DAFTAR PUSTAKA

https://nahwusharaf.wordpress.com/2012/01/27/pengertian-taajjub-dan-tanda-irabnya-alfiyah-bait-474-475/

0 Response to "Makalah tentang ta'jub"

Post a Comment